Komunikasi Adalah Pelajaran Pertama dari Tuhan (2)


Kunci Interaksi Sosial adalah Komunikasi


Sistem Sosial Berdasarkan Petunjuk Ilahi
Dalam artikel sebelumnya, saya menyinggung bahwa tema Al-Quran  adalah mayoritas berbicara mengenai kehidupan sosial. Fakta yang mendukung ke arah sana adalah bahwa Qur’an diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk (QS 2:2, 2: 185), pemutus segala permasalahan (6:114, 16:64), dan juga sebagai rahmat bagi manusia (16:89). Tugas sebenarnya manusia adalah di dunia dengan segala urusannya dalam memakmurkan dunia (pengabdian, bukan sekedar ritual) dari berbagai aspek kehidupan. Jadi selayaknya Kitab suci, pedoman hidup memberikan arah untuk permasalah tersebut. Ini juga dipertegas dengan judul-judul surat dalam Al-Qur’an yang dominan dengan masalah sosial-kemanusiaan, seperti: An-nisa, Al-Maidah, Al-anfal, Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, Al-Khf, Maryam,   Al-Mukminun, Al-Furqan, Ash-suara, dan seterusnya di luar judul yang bertemakan fenomena alam, Sifat Ilahi dan Hari Akhir. Fakta lain adalah bahwa Nabi ditugaskan dengan menyampaikan Kitab Suci adalah untuk membangun sistem sosial berdasarkan Pedoman Ilahi (Divine Law).

Hal pertama yang menjadi bahasan sosial adalah mengenai interaksi sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah terkait hubungan antarindividu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bukankah ini adalah masalah komunikasi? Sebagaimana dalam artikel sebelumnya menyebutkan secara etimologi akar kata komunikasi yaitu communist memberikan arti adanya tujuan bersama.

Hubungan antar individu terkait dengan komunikasi inter-personal, Hubungan terkait kelompok adalah komunikasi massa yang secara luas disebut komunikasi sosial. Goldstein mendefinisikan Komunikasi Sosial sebagai keterampilan yang harus diambil pada individu yang menjalani interaksi dengan individu dalam interaksi dengan individu atau kelompok individu lainnya. Keterampilan inilah yang disebut sebagai atau didalami oleh kajian KOMUNIKASI. Keterampilan ini juga dibahas dalam sosiologi sebagai proses sosial. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial. Keterampilan seorang individu atau kelompok dan proses sosial (cara berhubungan) sekali lagi adalah persoalan komunikasi.

Sementara itu pengertian komunikasi sendiri yang dikemukakan oleh R.V Harnack dan T. Fest bahwa Komunikasi merupakan proses interaksi diantara orang untuk mencapai tujuan integrasi intrapersonal dan interpersonal. Dengan demikian dari pandangan ilmu komunikasi sendiri  menegaskan bahwa komunikasi tidak dapat dilepaskan dari  interaksi sosial.

Kembali kepada artikel pertama yang saya tulis bahwa pelajaran pertama Al-Qur’an adalah persoalan komunikasi. Maka konteks Qur’an yang menyoroti banyak permasalahan sosial (dimana masalah sosial dimulai dengan interaksi sosial) maka sangatlah relevan ketika kita berpandangan bahwa masalah komunikasi adalah kunci dalam pemahaman Qur’an itu sendiri.

Homans memberi pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam berhubungan merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep interaksi ini pula bila dikaitkan dengan pedoman Ilahi, Qur’an, maka kita dapat membagi pola hubungan manusia sebagai subjek dalam pedoman Ilahi, sebagai berikut: Hubungan manusia dengan Allah, sang Pencipta, Manusia dengan Manusia dan Manusia dengan Alam. Pedoman Ilahi, Quran memberikan kepada kita tentang proses sosial, bagaimana cara dan keterampilan, sesuai bimbingan Ilahi, manusia berhubungan dengan Allah Swt, manusia dan alam sekitar. Keterampilan kita dalam berkomunikasi akan berdampak atau menstimulasi tindakan pasangan komunikasi kita, yaitu: Sang Pencipta, manusia (lain) dan alam. Satu contoh, konsep Ridho Allah dapat dilakukan pendekatan dengan dasar: Bagaimana cara kita berinteraksi dengan-Nya yang mengundang (hasil proses stimulasi) Ridho Allah.  

Dalam artikel berikutnya, saya akan coba mendiskusikan komunikasi asertif sebagai bentuk komunikasi yang menyertakan/mengharuskan rasa empati sebagai keterampilan dan cara berkomunikasi. Insya Allah.

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan